01 Juli, 2009

Mencari Jati Diri Sesungguhnya


Ada beberapa strategi yang mungkin sekali dapat kita pilih sebagai
cara untuk menambah mengetahui jati diri, yaitu:

1. Learning To Be
2. To Know
3. To Do

Mau tau penjelasannya??..Baca aja keterangannya berikut ini:

a. Learning To Be

Kalau materi adalah kekuatan, keahlian adalah kekuatan atau jabatan adalah kekuatan, maka semua itu benar dan semua itu sudah diketahui oleh hampir setiap orang. Tetapi, hanya sedikit orang yang tahu, apa yang membuat diri kita memiliki kekuatan internal yang diinginkan. Memang, 'memiliki' (to get to have) adalah keinginan umum semua orang - sementara, 'menjadi' belum tentu keinginan semua orang. 'menjadi' atau to be, adalah sebuah keinginan spesifik untuk
mewujudkan apa yang sesuai dengan kesejatian diri kita.

Charles Handy pernah menulis yang isinya antara lain menyayangkan mengapa sebagian besar orang mengedepankan cara berpikir untuk memiliki lebih dulu (to get / to have), bukannya 'menjadi' (to be) lebih dulu. Tidak berarti salah, tetapi memiliki itu lebih banyak bernuansa 'akibat' yang diciptakan oleh 'sebab'. Berpikir untuk 'Memiliki' (to get/to have) bersumber dari pendekatan hidup yang memposisikan kekuatan eksternal sebagai Sebab yang berarti diri kita adalah Akibat. Jadi, dalam konteks demikian, diri kita menjadi peserta pasif dalam hidup kita sendiri, bukan lah pelaku atau sebab, melainkan obyek penderita alias akibat.

Pendapat di atas rasa-rasanya sudah klop dengan ajaran leluhur kita yang mengutamakan cita-cita (willing to be) lebih dulu. Hampir semua orangtua sudah terbiasa menanamkan semangat untuk 'menjadi' (to be) lebih dulu kepada putera-puterinya ketimbang semangat untuk 'memiliki' (to get/to have). Dari tipikal kehidupan masyarakat yang demikian ini, seharusnya sebagian besar dari kita dipastikan sudah mempunyai gambaran mental untuk menjadi (to be). Persoalan bahwa ada gambaran mental yang masih cocok dan ada yang meleset sama sekali, atau ada yang belum cocok, tentu ini urusan lain alias tergantung pilihan kita dan proses-proses kehidupan yang akan kita lalui: bisa diperkecil, disesuaikan, diperjuangkan, di-break-down, dilanjutkan dan seterusnya.

b.To Know

Untuk 'menjadi' menurut apa yang kita inginkan, jelas bukan gratis
tetapi membutuhkan cakupan pengetahuan yang disyaratkan oleh hukum alamiah dan tatanan ilmiah yang sifatnya sangat spesifik, yaitu : tergantung pada pilihan kita (depend on our own choice). Bagaimana agar kita mengetahui apa yang dibutuhkan untuk bisa merealisasikan proyek-proyek pengembangan diri kita untuk 'menjadi' ? Ada beberapa cara :

1. Mengetahui diri kita (self-knowledge) : keinginan / peluang
kemampuan / kekuatan, hambatan dan kelemahan.

2. Mengetahui situasi dan kondisi, tuntutan dan tantangan yang
akan, perlu dan harus dihadapi sebagai konsekuensi dari pilihan yang kita ambil untuk 'menjadi'.

3.Mengetahui beberapa alternative cara yang disajikan oleh
berbagai pengetahuan dan pengalaman kita untuk menjadi seperti apa yang kita inginkan.

Pengetahuan menyeluruh dan spesifik tentang aspek diri, kita akan
membuat kita tahu tentang hal yang penting dan yang tidak penting bagi kita. Kalau kita menyimpulkan gelar akademik itu tidak penting tetapi keinginan kita untuk 'menjadi' (to be) secara riil mensyaratkan adanya gelar itu, berarti pemahaman kita belum akurat.

c. To Do

Dalam hal kekuatan, unsur mendasar dalam melakukan adalah kecocokan. Melakukan asal melakukan (ber-aktivitas harian) sudah dijalani oleh semua orang, tetapi sedikit orang yang menjalankan apa yang memang cocok dengan pengetahuan dan keinginan sesuai dengan tujuannya untuk 'menjadi'. Melakukan seperti ini jelas membutuhkan rumusan tujuan (goal), sasaran kecil (target) dan perencanaan beraksi (action plan) yang fleksibel dan kokoh sehingga kita tidak terjebak dalam praktek yang menjadikan aktivitas sebagai tujuan.

Menjadi (To be), Mengetahui (To know), dan Melakukan (To do) adalah tiga elemen yang punya relevansi tinggi dengan kadar perjuangan, bobot keputusan ber-aksi, dan kadar tanggung jawab. Tinggi-rendahnya keinginan kita untuk 'menjadi' berhubungan dengan tinggi-rendahnya daya juang kita mengalahkan tantangan. Keinginan (standar prestasi) yang rendah akan menggoda kita untuk melihat tantangan kecil menjadi besar dan sebaliknya keinginan yang tinggi akan memberikan pil 'ketidakrelaan' kalau kita sampai dikalahkan oleh tantangan kecil maupun besar.

'Mengetahui' (to know) punya hubungan dengan keputusan untuk
bertindak (decision to do). Seperti kata Jhon C. Maxwell, kalau kita
benar-benar tahu apa yang kita inginkan maka tidak sulit bagi kita
untuk melakukan apa yang kita ketahui. Dengan menjalankan keputusan menurut apa yang dijabarkan oleh pengetahuan yang kita dapatkan dari konsep dan praktek, akan membuat keputusan itu bergerak maju (beraksi), dari dalam ke luar, bukan hanya aktivitas, kesibukan dan gerakan yang tidak jelas arahnya (reaksi).

'Melakukan' (to do) punya hubungan dengan kemampuan kita menjawab (tanggung jawab). Aksi seseorang tidak lahir dari pemikiran, tetapi lahir dari kesediaan untuk menjawab tanggung jawab atas dirinya, begitulah kata Dietrich Bonhoeffer. Tanggung jawab adalah aksi yang bisa melahirkan solusi, kalau tidak seluruhnya ya sebagiannya atau minimalnya tidak menambah jumlah problem.

Semoga bermanfaat dan selamat mempraktekkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar