01 Juli, 2009

Tips Jitu Asah Kreativitas


Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta/berkreasi. Tidak ada satu pun pernyataan yang dapat diterima secara umum mengenai mengapa suatu kreasi timbul. Kreativitas sering dianggap terdiri dari 2 unsur, Pertama: Kefasihan yang ditunjukkan oleh kemampuan menghasilkan sejumlah besar gagasan pemecahan masalah secara lancar dan cepat. Kedua: Keluwesan yang pada umumnya mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah.

Istilah kreativitas digunakan untuk mengacu pada kemampuan individu yang mengandalkan keunikan dan kemahirannya untuk menghasilkan gagasan baru dan wawasan segar yang sangat bernilai bagi individu tersebut. Kreativitas dapat juga dianggap sebagai kemampuan untuk menjadi seorang pendengar yang baik, yang mendengarkan gagasan yang datang dari dunia luar dan dari dalam diri sendiri atau dari alam bawah sadar. Oleh karena itu, kreativitas lebih tepat didefinisikan sebagai suatu pengalaman untuk mengungkapkan dan mengaktualisasikan identitas individu seseorang secara terpadu dalam hubungan eratnya dengan diri sendiri, orang lain, dan alam.

MENGAPA MANUSIA BERKREASI?


Tips Jitu Asah Kreativitas



Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta/berkreasi. Tidak ada satu pun pernyataan yang dapat diterima secara umum mengenai mengapa suatu kreasi timbul. Kreativitas sering dianggap terdiri dari 2 unsur, Pertama: Kefasihan yang ditunjukkan oleh kemampuan menghasilkan sejumlah besar gagasan pemecahan masalah secara lancar dan cepat. Kedua: Keluwesan yang pada umumnya mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah.

Istilah kreativitas digunakan untuk mengacu pada kemampuan individu yang mengandalkan keunikan dan kemahirannya untuk menghasilkan gagasan baru dan wawasan segar yang sangat bernilai bagi individu tersebut. Kreativitas dapat juga dianggap sebagai kemampuan untuk menjadi seorang pendengar yang baik, yang mendengarkan gagasan yang datang dari dunia luar dan dari dalam diri sendiri atau dari alam bawah sadar. Oleh karena itu, kreativitas lebih tepat didefinisikan sebagai suatu pengalaman untuk mengungkapkan dan mengaktualisasikan identitas individu seseorang secara terpadu dalam hubungan eratnya dengan diri sendiri, orang lain, dan alam.

MENGAPA MANUSIA BERKREASI?

Para ahli psikologi tidak sependapat mengenai kebutuhan dan motif dasar yang dimiliki manusia untuk berkreasi. Meskipun demikian, imbalan dan penghargaan nyata yang dapat diamati dapat diidentifikasikan sebagai motif manusia untuk berkreasi. Manusia yang menjadi lebih kreatif akan menjadi lebih terbuka pikirannya terhadap gagasannya sendiri maupun gagasan orang lain. Sekalipun beberapa pengamat yang memiliki rasa humor merasa bahwa kebutuhan manusia untuk menciptakan berasal dari keinginan untuk “hidup diluar kemampuan mereka”, namun penelitian mengungkapkan bahwa manusia berkreasi adalah karena adanya kebutuhan dasar, seperti: keamanan, cinta, dan penghargaan. Mereka juga termotivasi untuk berkreasi oleh lingkungannya dan manfaat dari berkreasi seperti hidup yang lebih menyenangkan, kepercayaan diri yang lebih besar, kegembiraan hidup, dan kemungkinan untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka.

HAMBATAN UNTUK MENJADI LEBIH KREATIF

Kebiasaan:

Kebiasaan adalah reaksi dan respons yang telah kita pelajari untuk bertindak secara otomatis tanpa berpikir atau mengambil keputusan terlebih dahulu. Biasanya sulit dan tidak enak mengubah suatu kebiasaan, apakah kebiasaan itu baik atau buruk.

Waktu:

Kesibukan merupakan salah satu alasan orang untuk tidak menjadi kreatif. Di lain pihak, ada orang yang mempunyai waktu untuk menjadi lebih kreatif dengan mencari waktu dari 24 jam yang sama yang tersedia bagi setiap orang.

Dibanjiri Masalah:

Sebagian dari kita merasa bahwa kita berhadapan dengan begitu banyak masalah yang penting dimana kita tidak mempunyai cukup waktu dan tenaga untuk mengatasi beberapa masalah secara kreatif. Kita lalu mengabaikan semua masalah dan tidak mau mengolahnya dengan otak kita.

Tidak Ada Masalah:

Kita adalah makhluk pemecah masalah yang terus-menerus menghadapi dan memecahkan sejumlah masalah. Jika masalah kita dipecahkan secara otomatis atau menurut kebiasaan, maka kita tidak akan pernah mengenal masalah tersebut dan kita merasa bahwa kita tidak akan pernah mempunyai masalah.

Takut Gagal:

Kegagalan dapat berbentuk pengasingan, kritik, kehilangan waktu, kehilangan pendapatan, atau kecelakaan. Akan tetapi, lebih baik gagal daripada tidak pernah mencoba sama sekali.

Kebutuhan akan Sebuah Jawaban Sekarang:

Manusia tidak mau mengalami kesulitan karena tidak memilik suatu jawaban langsung. Ketika suatu masalah dikemukakan, kita secara langsung memberikan sebuah pemecahan. Hanya jika pemecahan pertama tidak berjalan, barulah kita mau mencoba cara yang lain.

Kegiatan Mental yang Sulit Diarahkan:

Banyak diantara kita menemukan kenyataan bahwa mengerahkan tenaga fisik jauh lebih mudah dibandingkan dengan mengerahkan tenaga mental. Kita biasanya melaksanaan pekerjaan kita selama periode waktu yang cukup lama dengan hanya sedikit berpikir.

Takut Bersenang-senang:

Bagian proses pemecahan masalah secara kreatif mencakup kegiatan-kegiatan yang bersifat santai seolah-olah main-main, tetapi dipikirkan dan dipertimbangkan secara serius. Barangkali ketidaksempatan kita untuk bersantai pada waktu memecahkan masalah ada kaitannya dengan besarnya masalah yang kita hadapi atau adanya perasaan tidak aman yang kita rasakan bila menghadapi suatu masalah.

Kritik Orang Lain:

Secara tak sengaja kreativitas sering terhambat oleh kritik-kritik orang lain. Bila suatu gagasan baru diperkenalkan, kebanyakan gagasan tersebut sering dipatahkan dan diobrak-abrik orang lain. Memang kadangkala hal tersebut penting untuk membantu orang supaya tetap berpijak pada kenyataan, namun seharusnya kritik-kritik tersebut dapat menjadi pendorong bagi perbaikan kreativitas Anda sendiri.

BAGAIMANA MEMUNCULKAN GAGASAN KREATIF?

Kuantitas Gagasan:

Teknik-teknik kreatif dalam berbagai tingkatan keseluruhannya bersandar pada pengembangan pertama sejumlah gagasan sebagai suatu cara untuk memperoleh gagasan yang baik dan kreatif. Kecenderungan manusia untuk mendapatkan gagasan, pemecahan, atau penjelasan pertama yang muncul dan melekat dalam pikiran merupakan kerugian besar bagi kreativitas. Jika masalahnya kecil seperti misalnya apa yang dihidangkan untuk makan siang, maka pendekatannya mungkin tepat. Akan tetapi, bila masalahnya besar dimana kita ingin mendapatkan pemecahan baru dan orisinal, maka kita membutuhkan banyak gagasan untuk dipilih.

Teknik Brainstorming:

Teknik brainstorming mungkin merupakan cara yang terbanyak digunakan, tetapi juga merupakan teknik pemecahan kreatif yang tidak banyak dipahami. Banyak orang mempergunakan istilah brainstorming untuk mengacu pada suatu proses yang menghasilkan suatu gagasan baru, atau menggunakan istilah tersebut untuk mengacu pada suatu kumpulan proses pemecahan masalah. Sebenarnya teknik brainstorming adalah kegiatan yang menghasilkan gagasan yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik. Kegiatan tersebut mendorong timbulnya banyak gagasan, termasuk gagasan yang menyimpang liar, dan berani dengan harapan bahwa gagasan tersebut dapat menghasilkan gagasan yang baik dan kreatif. Teknik ini cenderung menghasilkan gagasan baru yang orisinal untuk menambah jumlah gagasan konvensional yang ada.

Sinektik:

Analogi telah lama digunakan sebagai salah satu alat bantu bagi proses penyusunan secara kreatif. Sinektik merupakan suatu metode atau proses yang menggunakan metafora dan analogi untuk menghasilkan gagasan kreatif atau wawasan segar ke dalam permasalahan. Guna menghentikan kebiasaan lama serta gagasan usang dan untuk memperkenalkan suasana rileks ke dalam proses penggalian ide, maka proses sinektik mencoba membuat yang “asing” menjadi “akrab” dan juga sebaliknya.

Memfokuskan Tujuan:

Dr. Maxwell dalam bukunya Psycho Cybernetics menguraikan metode untuk mencapai hasil yang diharapkan secara kreatif. Buku tersebut menguraikan pengalaman membentuk pola reaksi baru yang otomatis melalui imajinasi. Caranya adalah dengan berbuat seolah-olah apa yang diinginkan akan terjadi besok, telah terjadi saat ini. Apabila proses itu dilakukan secara berulang-ulang, maka pikiran Anda akan terpusat ke arah tujuan yang dimaksud dan melibatkan automatic servo-mechanism Anda.

Ten Tips for Leaders


Bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik? Apakah seorang yang kharismatis dan berwibawa, apakah yang pandai, atau apakah yang pintar berbicara di depan publik? Indonesia mengalami berbagai pasang surut kepemimpinan, dari masa Bung Karno yang karismatik dan pemikir, Soeharto yang kalem tetapi strategis, Habibie yang licin dan pintar, Gus Dur yang karismatik tetapi erratic, dan Megawati yang hemat bicara. Tipe pemimpin punya style dan pengikut masing-masing. Akibatnya, gaya manajemen negara juga berubah-ubah sesuai gaya kepala pemerintahan.

Dalam skala organisasi, tipe pemimpin itu juga menentukan budaya dalam organisasinya. Terlepas dari style masing-masing orang, berbicara tentang kepemimpinan dalam perusahaan, nampaknya diperlukan setidaknya 10 saran berikut ini, yang disarikan dari pengalaman dan buku-buku terkenal :Apakah itu Anda sebagai kepala bagian, divisi, departemen, atau top eksekutif, Anda perlu 10 hal berikut ini :

1. Berikan arah. Coba berdiri di depan kaca dan bilang dengan keras : "Ini masa depan kita!" sebanyak lima kali tanpa putus. Seorang pemimpin adalah orang yang menyusun peta perjalanan untuk ditempuh di masa depan. Kalau Anda tidak bisa menyusun arah itu, Anda hanya sekedar manajer, bukan pemimpin. Visi Anda harus nyata, mendasar, dan bisa dipercaya orang lain. Beranilah membuat keputusan walaupun ada risiko didalamnya.

2. Ciptakan budaya yang didasarkan pada inovasi dan kerjasama. Inovasi berbicara tentang memperbaiki segala sesuatu dan menciptakan pembaruan. Inovasi akan berkembang dalam perusahaan yang tidak terlalu birokratis dan tidak terlalu kaku. dengan kata lain budaya yang menyebabkan orang berani menyatakan pandangan mereka tanpa takut dihukum. Bangunlah kerjasama dengan cara membuat semua orang dapat menang dan kalah bersama-sama (nasib perusahaan dan semua karyawan ditentukan oleh upaya bersama), hindari pembedaan atas dasar ras atau agama atau warna kulit atau gender.


3. Tetap terfokus dan sederhana. Temukan lima area kunci yang perlu perbaikan dalam perusahaan atau divisi Anda, dan kerjakan itu sampai beres. Buat target yang cukup tinggi untuk lima area itu, dan buatlah Anda dan anak buah Anda bertanggung jawab untuk hasilnya. Ukur dan awasi perkembangannya secara teratur. Tidak perlu ruwet dan terlalu memusingkan segala sesuatu dalam perusahaan Anda. Cukup lima target utama saja.

4. Hormati pelanggan Anda. Dengarkan suara mereka melalui semua channel, dari polling di website, dari kuesioner pelanggan, dari komplain telepon, dari mana saja. Lakukan perubahan yang diperlukan sesuai kemauan mereka.

5. Rekrut orang terbaik. Aset Anda terbesar adalah staf Anda--dalam waktu baik atau buruk. Rekrut orang-orang ambisius yang mampu membangun tim dan mampu berkomunikasi dengan baik, yang dapat memimpin melalui masa-masa sulit tanpa menjadi panik. Sekali Anda menemukan orang-orang itu, pelihara mereka dengan baik, berikan insentif yang memacu prestasi. mereka akan minta uang dan lebih banyak uang yang dicapai melalui kerja keras. Itu wajar. Mereka juga akan mengharapkan budaya yang menghargai kecepatan, kerja keras dan pengambilan risiko.

6. Perlakukan karyawan seperti pelanggan. Jika Anda mau mempengaruhi pelanggan, pengaruhi dulu karyawan Anda. Investasikan banyak dalam magang, mentoring dan pelatihan. Jelaskan sasaran organisasi sehingga semua orang memiliki informasi dan motivasi untuk berkontribusi. Hukum Pareto berlaku. Peliharalah 20% staf yang menghasilkan 80%, dan secara efektif buanglah 10% karyawan yang membuat 80% masalah itu.

7. Komitmen pada perbedaan dan tanggung jawab sosial. Jangan hanya terpaku pada misi bisnis. Lakukan sesuatu untuk masyarakat sekitar.

8. Jadikan teknologi teman Anda. teknologi bisa mengubah cara menjual, cara beroperasi, dan persiapan untuk masa depan. Jangan pernah melupakan itu. Gunakan untuk menciptakan produk baru, saluran distribusi baru, dan meningkatkan komunikasi.

9. Tumbuhkan pemimpin masa depan. Pilih 25 karyawan terbaik tiap tahun dan taruh mereka dalam proyek-proyek berat selama lima atau enam bulan. Susun mereka dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan masalah-masalah besar yang sedang Anda hadapi. Biarkan mereka bekerja dalam tim itu sementara mereka masih harus mengerjakan pekerjaan rutin mereka. Buanglah mereka yang suka mengeluh. Sekarang lihat perkembangan kepemimpinan mereka yang mau bekerja tambahan dalam tim tsb. Mereka yang pandai memimpin, itulah calon pemimpin di masa depan di perusahaan Anda.

10. Memimpin berdasarkan teladan. Anda harus menjadi teladan moral dan gunakan itu untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sulit. Pastikan tim manajemen Anda dapat Anda percayai. Inilah doktrinnya : Peliharalah pelanggan dan karyawan Anda yang memelihara pelanggan itu dan keuntungan akan terpelihara dengan sendirinya.

Operate on the credo: Take care of your customers and the people who take care of your customers and the growth and profit will take care of themselves.

Cobalah....

Diterjemahkan bebas dari LEADER'S EDGE By Don MacRae

Mencari Jati Diri Sesungguhnya


Ada beberapa strategi yang mungkin sekali dapat kita pilih sebagai
cara untuk menambah mengetahui jati diri, yaitu:

1. Learning To Be
2. To Know
3. To Do

Mau tau penjelasannya??..Baca aja keterangannya berikut ini:

a. Learning To Be

Kalau materi adalah kekuatan, keahlian adalah kekuatan atau jabatan adalah kekuatan, maka semua itu benar dan semua itu sudah diketahui oleh hampir setiap orang. Tetapi, hanya sedikit orang yang tahu, apa yang membuat diri kita memiliki kekuatan internal yang diinginkan. Memang, 'memiliki' (to get to have) adalah keinginan umum semua orang - sementara, 'menjadi' belum tentu keinginan semua orang. 'menjadi' atau to be, adalah sebuah keinginan spesifik untuk
mewujudkan apa yang sesuai dengan kesejatian diri kita.

Charles Handy pernah menulis yang isinya antara lain menyayangkan mengapa sebagian besar orang mengedepankan cara berpikir untuk memiliki lebih dulu (to get / to have), bukannya 'menjadi' (to be) lebih dulu. Tidak berarti salah, tetapi memiliki itu lebih banyak bernuansa 'akibat' yang diciptakan oleh 'sebab'. Berpikir untuk 'Memiliki' (to get/to have) bersumber dari pendekatan hidup yang memposisikan kekuatan eksternal sebagai Sebab yang berarti diri kita adalah Akibat. Jadi, dalam konteks demikian, diri kita menjadi peserta pasif dalam hidup kita sendiri, bukan lah pelaku atau sebab, melainkan obyek penderita alias akibat.

Pendapat di atas rasa-rasanya sudah klop dengan ajaran leluhur kita yang mengutamakan cita-cita (willing to be) lebih dulu. Hampir semua orangtua sudah terbiasa menanamkan semangat untuk 'menjadi' (to be) lebih dulu kepada putera-puterinya ketimbang semangat untuk 'memiliki' (to get/to have). Dari tipikal kehidupan masyarakat yang demikian ini, seharusnya sebagian besar dari kita dipastikan sudah mempunyai gambaran mental untuk menjadi (to be). Persoalan bahwa ada gambaran mental yang masih cocok dan ada yang meleset sama sekali, atau ada yang belum cocok, tentu ini urusan lain alias tergantung pilihan kita dan proses-proses kehidupan yang akan kita lalui: bisa diperkecil, disesuaikan, diperjuangkan, di-break-down, dilanjutkan dan seterusnya.

b.To Know

Untuk 'menjadi' menurut apa yang kita inginkan, jelas bukan gratis
tetapi membutuhkan cakupan pengetahuan yang disyaratkan oleh hukum alamiah dan tatanan ilmiah yang sifatnya sangat spesifik, yaitu : tergantung pada pilihan kita (depend on our own choice). Bagaimana agar kita mengetahui apa yang dibutuhkan untuk bisa merealisasikan proyek-proyek pengembangan diri kita untuk 'menjadi' ? Ada beberapa cara :

1. Mengetahui diri kita (self-knowledge) : keinginan / peluang
kemampuan / kekuatan, hambatan dan kelemahan.

2. Mengetahui situasi dan kondisi, tuntutan dan tantangan yang
akan, perlu dan harus dihadapi sebagai konsekuensi dari pilihan yang kita ambil untuk 'menjadi'.

3.Mengetahui beberapa alternative cara yang disajikan oleh
berbagai pengetahuan dan pengalaman kita untuk menjadi seperti apa yang kita inginkan.

Pengetahuan menyeluruh dan spesifik tentang aspek diri, kita akan
membuat kita tahu tentang hal yang penting dan yang tidak penting bagi kita. Kalau kita menyimpulkan gelar akademik itu tidak penting tetapi keinginan kita untuk 'menjadi' (to be) secara riil mensyaratkan adanya gelar itu, berarti pemahaman kita belum akurat.

c. To Do

Dalam hal kekuatan, unsur mendasar dalam melakukan adalah kecocokan. Melakukan asal melakukan (ber-aktivitas harian) sudah dijalani oleh semua orang, tetapi sedikit orang yang menjalankan apa yang memang cocok dengan pengetahuan dan keinginan sesuai dengan tujuannya untuk 'menjadi'. Melakukan seperti ini jelas membutuhkan rumusan tujuan (goal), sasaran kecil (target) dan perencanaan beraksi (action plan) yang fleksibel dan kokoh sehingga kita tidak terjebak dalam praktek yang menjadikan aktivitas sebagai tujuan.

Menjadi (To be), Mengetahui (To know), dan Melakukan (To do) adalah tiga elemen yang punya relevansi tinggi dengan kadar perjuangan, bobot keputusan ber-aksi, dan kadar tanggung jawab. Tinggi-rendahnya keinginan kita untuk 'menjadi' berhubungan dengan tinggi-rendahnya daya juang kita mengalahkan tantangan. Keinginan (standar prestasi) yang rendah akan menggoda kita untuk melihat tantangan kecil menjadi besar dan sebaliknya keinginan yang tinggi akan memberikan pil 'ketidakrelaan' kalau kita sampai dikalahkan oleh tantangan kecil maupun besar.

'Mengetahui' (to know) punya hubungan dengan keputusan untuk
bertindak (decision to do). Seperti kata Jhon C. Maxwell, kalau kita
benar-benar tahu apa yang kita inginkan maka tidak sulit bagi kita
untuk melakukan apa yang kita ketahui. Dengan menjalankan keputusan menurut apa yang dijabarkan oleh pengetahuan yang kita dapatkan dari konsep dan praktek, akan membuat keputusan itu bergerak maju (beraksi), dari dalam ke luar, bukan hanya aktivitas, kesibukan dan gerakan yang tidak jelas arahnya (reaksi).

'Melakukan' (to do) punya hubungan dengan kemampuan kita menjawab (tanggung jawab). Aksi seseorang tidak lahir dari pemikiran, tetapi lahir dari kesediaan untuk menjawab tanggung jawab atas dirinya, begitulah kata Dietrich Bonhoeffer. Tanggung jawab adalah aksi yang bisa melahirkan solusi, kalau tidak seluruhnya ya sebagiannya atau minimalnya tidak menambah jumlah problem.

Semoga bermanfaat dan selamat mempraktekkan!

Pentingnya Menulis ...


Jika anda ingin serius di bisnis online apapun bidangnya, maka modal utamanya adalah menulis. Jangan tergiur oleh bisnis cepat kaya yang mengatakan tidak perlu bikin blog, tidak perlu promosi, tidak perlu ngurusi script, dll. Lha kalau tidak perlu apa2 bagaimana mungkin kita dapat apa2. Ya kan?

Memang sih, dalam beberapa kasus kita memang tidak butuh itu semua. Tapi itu kalau anda sudah memiliki banyak hal yang menunjang diantaranya punya contact list orang2 yang mengenal dan percaya pada anda. Bukan cuma contact list doang lho. Mendapatkan contact list sih guampang banget. Saya dulu pernah gunakan software yang mampu menyedot banyak alamat email dari suatu web. Sampai 2000-an alamat saya dapat. Tapi hasilnya? Gak ada apa2-nya.

Satu-satunya cara agar orang mau mengenal kita dan percaya pada kita adalah dengan menjaga hubungan dengan mereka. Dan satu-satunya cara untuk itu hanya dengan menulis. Ya, bisa aja sih anda telp mereka satu per satu, tapi berapa pulsa tuh yang musti disiapkan.

Nah, yang aneh banyak pebisnis pemula yang langsung kendor semangat ketika tahu bahwa pintu masuk bisnis ini adalah lewat tulisan. Apalagi kalau pakai bahasa Inggris. Duuh.. bisa lari 1000 KM/ jam tuh orang.

Padahal menulis itu gampang. Yang bikin sulit adalah karena anda menjadi hakim atas tulisan anda sendiri. Udah gitu hakimnya galak lagi. Salah titik koma aja udah kena semprit. Akibatnya nulis jadi pekerjaan yang menegangkan, penuh peluh dan setelah duduk berjam-jam ternyata layar monitor masih kosong.

Lalu bagaimana biar bisa lancar menulis?

Gak bisa cari jalan lain selain bikin blog. Itulah sebabnya langkah awal yang selalu saya ajarkan kepada para pebisnis online adalah dengan membuat blog. Bukan berbisnis. Karena secanggih apapun bisnis yang anda ikuti, sehebat apapun produk yang anda pasarkan, kalau anda gak bisa nulis sama saja dengan orang bisu yang jualan produk asuransi.

Jadi mulailah aktifitas bisnis online anda dari blog. Bukan blog bisnis, tapi blog pribadi. Ceritakan apapun yang anda alami. Gak perlu panjang2 dulu, 2-3 paragraf udah cukuplah. bahkan blogger2 profesional dunia sering lho posting cuma 2 baris di blognya. Jadi, kenapa takut menulis.

Tapi bagaimana bisa dapat duit mas kalau nulis tentang diri sendiri?

Hei.. seni itu butuh jiwa yang berbahagia. Yang menyenangkan. Yang bebas dan tidak diberi target. Percaya deh, udah banyak orang yang saya paksa bikin seperti ini, eh mereka sukses juga. Padahal saya cuma ngajari bikin blog lho, gak ngajari mereka teknik aneh2.

Jadi mulailah menulis. Rumusnya 3 M:

- Menulis dari diri sendiri
- Menulis dari yang kecil
- Menulis dari sekarang

Terus tunggu apalagi donk..............